Tidak bisa
dipungkiri bahwa Jepang adalah salah satu negara paling maju di Asia dan
merupakan negara dengan pertumbuhan Ekonomi terbesar ke 3 di dunia, dengan
beraneka ragam daya tarik yang mampu membuat semua orang bermimpi untuk kelak
mengunjungi Negri matahari terbit ini bahkan ingin tinggal dan menghabiskan
seumur hidupnya disana. Ada banyak daya tarik dari negara ini mulai dari Surga
bagi para penggemar subculture seperti Anime, Musik, Manga, teknologi dan masih
banyak lagi sampai pada daya tarik pariwisatanya.
Terkadang
semua hal yang berhubungan dengan daya tarik tersebut membuat
banyak mata silau akan pancaran dari
keindahan dan hal hal yang menyenangkan dari Negri matahari terbit ini dan
terkadang membuat banyak dari kita buta untuk melihat sisi lain dari si
“Matahari terbit”. Pernahkan minna-san bertanya, apakah Jepang hanya dipenuhi
oleh hal hal menyenangkan saja? Apa Jepang hanya sebatas anime dan manga?
Apakah si “matahari terbit” ini tidak memiliki sisi gelap?
Setiap negara
tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, tanpa terkecuali dengan Jepang.
Terlepas dari semua daya tarik dan keindahan yang dimilikinya, Jepang pun juga
memiliki banyak masalah yang harus dihadapi seperti halnya negara negara
lainnya salah satunya dibidang ekonomi. Sekali lagi timbul pertanyaan “Apakah
di Jepang ada yang namanya kemiskinan?” jawabannya, tentu saja ada!! Hal ini
lah yang terkadang luput dari pandangan banyak orang, sebuah “sisi lain” yang
tersembunyi dari negri “matahari terbit”.
Seperti negara
negara lainnya, Jepang pun memiliki masalah dengan kemiskinan. Sampai saat ini
pun pemerintah Jepang belum menemukan cara yang tepat untuk menanggulanginya,
terlepas dari krisis ekonomi hampir satu dekade yang lalu tepatnya pada tahun
1990 yang dijuluki dengan fenomena “economic bubble” Jepang menghadapi era yang
sulit dalam perekonomian mereka.
Ratusan Perusahaan harus menanggung kerugian,
ribuan kariawan kehilangan pekerjaan mereka, dan tingkat kemiskinan di Jepang
pun meningkat drastis. Hingga saat ini dampak kemiskinan di Jepang masih ada,
hanya saja tidak terlihat dan tampak secara jelas. Golongan tuna wisma menjadi
“invisible people” orang orang yang keberadaannya tidak terlihat ada di tengah
tengah masyarakat Jepang, akan tetapi mereka ada dan mereka nyata!! Mereka
hidup sebagai bayang bayang dari gemerlapnya negri matahari terbit ini.
Definisi
golongan tuna wisma di Jepang sebenarnya sama seperti halnya golongan tuna
wisma di negara negara lain, mereka yang tidak memiliki rumah dan pekerjaan
sebagai penopang hidup mereka. Akan tetapi ada hal yang membedakan mereka tuna
wisma di Jepang dengan kebanyakan tuna wisma di negara negara lain.
Salah satunya
yaitu penyebab mereka menjadi seorang tuna wisma di Jepang karena “mereka
sendiri yang memilih menjadi tuna wisma”. Memang terdengar cukup aneh, kebanyakan
dari mereka sebelumnya adalah karyawan kantor atau pabrik yang memiliki
pekerjaan tetap, memiliki rumah dan masih memiliki sanak saudara. Pada umumnya
rata rata para pekerja pabrik atau beberapa perusahaan menyediakan tempat
tinggal atau semacam asrama untuk para karyawan mereka, ketika seorang karyawan
mengalami pemecatan maka otomatis mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan dan
sumber penghasilannya akan tetapi juga tempat tinggal mereka.
Mereka bisa saja
memilih untuk kembali ke keluarga atau sanak saudara mereka di rumah, tapi bagi
orang Jepang hal itu sangatlah memalukan. Pekerjaan bukanlah sekedar sumber
pemasukan bagi mereka tapi lebih dari itu pekerjaan merupakan sebuah identitas
diri, “di Jepang ketika seseorang kehilangan pekerjaannya, mereka akan sangat
malu untuk kembali ke rumah, maka mereka lebih memilih menjadi tuna wisma dari
pada memberitahu keluarganya”.
"Itu bukanlah kotak bekas terbengakalai, tapi tempat seorang tuna wisma tidur di dalamnya"
Lalu kenapa
keberadaan para tuna wisma di Jepang seperti tidak ada sama sekali? Memang pola
kehidupan seorang tuna wisma di Jepang cukup rumit, mereka ada tapi mereka
berusaha untuk menghindar dari kehidupan masyarakat Jepang sehari hari. Bahkan
cukup sulit untuk mendapatkan statistik dari jumlah angka tuna wisma yang hidup
di Jepang secara detail, sebuah survey dari pekerja amal kristiani di Jepang
mengatakan ada lebih dari 1000 tuna wisma yang hidup di Nagoya dari 2,2 juta total
jumlah penduduk Nagoya dan ada sekitar 4000 tuna wisma yang hidup di bayang
bayang gemerlapnya kota Tokyo yang memiliki sekitar 12 juta penduduk.
Kebanyakan tuna
wisma di Jepang hidup secara berkelompok tapi tidak sedikit pula yang hidup
secara individu. Kebanyakan tempat mereka tinggal tidaklah menetap karena
mereka tidak ingin keberadaannya dilihat oleh orang banyak, pada malam hari
mereka akan membangun sebuah tempat tinggal sederhana yang terbuat dari kotak
kardus atau hanya dengan menggunakan selimut lusuh untuk bertahan dari
dinginnya malam di sudut sudut jalan, di taman taman tengah kota, di sebuah
anak tangga, bahkan di kursi taman. Pada siang hari ketika para masyarakat
mulai memenuhi ruang ruang public, keberadaan mereka seperti menghilang begitu
saja. Mereka yang tadi berada di sudut sudut ruang publik menepi ke tempat
tempat yang tak terlalu tersentuh oleh orang banyak, mereka tidak ingin
keberadaan mereka di ketahui dan terlihat oleh orang banyak.
Terkadang mereka
muncul di tengah tengah kesibukan dan
rutinitas di ruang ruang publik untuk sekedar mencari hal hal yang bisa mereka
makan, mulai dari merogoh tong sampah dan sebagainya. Bagaimana dengan para
petugas keamanan seperti polisi? Tentu saja pihak yang berwajib menyadari keberadaan
mereka akan tetapi ada sebuah aturan tertulis untuk perlindungan para tuna
wisma di Jepang.
"Seorang tuna wisma yang beristirahat di samping gerbang utama Asakusa"
“Mereka tidak mengusik, maka kita pun juga tidak ber hak mengusik mereka” publik mencoba untuk
memberi ruang bagi mereka dengan cara seperti itu. Para tuna wisma di Jepang
tidak lah mengemis, bahkan banyak dari mereka yang tidak segan segan menolak
ketika diberikan bantuan secara Cuma cuma.
Cukup sulit
memang , bahkan kebanyakan para petugas amal dari organisasi tertentu sekalipun
yang mencoba memberikan bantuan berupa sekotak nasi mereka tolak. Mereka memang
seorang tuna wisma tapi mereka tetaplah “orang Jepang” yang memegang teguh sebuah
ideologi dan kebanggaan dalam diri mereka, pemerintah Jepang sendiri berusaha
memberikan bantuan berupa memberikan
lahan lahan kosong kepada kelompok tuna wisma untuk mereka manfaatkan secara
mandiri sebagai lahan bercocok tanam, dari sinilah mereka menyambung hidup.
Jika minna-san
pernah ke Jepang, apakah minna-san pernah melihat secara langsung para tuna
wisma diruang ruang publik? Bagaimana respon minna-san? Dan bagaimana tanggapan
orang orang disekitar mereka? Silahkan share pengalaman minna-san di kolom
komentar ya, douzoo…..
Site Reference:
Author:
PJ |
ternyata dijepang juga ada tuna wisma , hanya saja mereka berbeda dengan tuna wisma dinegara kita .
BalasHapusNice artikel gan,
BalasHapusBikin artikel cara bisa kerja di jepang dong gan