Image source |
Selain manga,
anime, AKB48, dan Hatsune Miku, ada satu hal lagi dari Jepang yang sangat populer
hampir di seluruh dunia. Pocky!! jika
saja uang hasil penjualan pocky di berbagai negara dari masa ke masa
diibaratkan sebagai fans, maka jumlah fans AKB48 dan Hatsune Miku sekalipun
tidak bisa menyamainya. Lalu siapakah seorang tokoh dibalik kesuksesan dan
kepopuleran Pocky saat ini? Apa saja cerita menarik, pengorbanan, sampai pada keberhasilan
nya saat ini?
Keluarga Ezaki,
sebuah keluarga yang sangat luar biasa memulai bisnis mereka dengan membuat
berbagai inovasi di sektor pangan. Pocky merupakan salah satu inovasi tersukses
di bawah naungan perusahaan keluarga Ezaki Glico sejak tahun 1922, untuk saat
ini perusahaan Ezaki Glico di ketuai oleh Katsuhisa Ezaki yang saat ini menjabat
sebagai CEO ekaligus Presiden perusahaan. Setiap tahunnya Pocky terjual
sebanyak 300 juta kotak di pasaran internasional dari berbagai negara sedangkan
200 juta kotak lainnya sukses terjual di Jepang, WOW!!
Image source |
Pocky mulai
mendulang kepopulerannya setelah berkembang dari produk bernama Pretz (“Purittsu”
dalam bahasa Jepang) Ezaki Glico memulai inovasi dengan menambahkan balutan
coklat pada biskuit batangan Pretz yang saat itu sudah berhasil menjadi produk
paling banyak terjual dan kemudian memasarkannya kembali dengan nama “chocotek”,
hmmm… nama yang tidak terlalu menarik dibandingkan pretz dan pada akhirnya atas
kebijakan perusahaan nama tersebut diubah menjadi Pocky yang terinspirasi dari
suara patahan stick batangan tersebut saat dimakan yang berbunyi “pokkin”
(dalam bahasa Jepang) . Pocky secara resmi mulai dipasarkan pada tahun 1966,
dengan harga perkotaknya dibandrol senilai ¥60. Apa yang terjadi setelah itu? Sebuah kesuksesan
besar!! yang kemudian membuat perusahaan Ezaki Glico meraup sekitar ¥30 miliar!
pada tahun pertama penjualan pocky yang baru saja diluncurkan di pasaran.
Bagaimana awal dari semua ini?
Mari kita
kembali ke era jauh sebelum pertz bahkan pocky yang telah mendulang keuntungan
besar besaran pada saat ini, ke masa dimana semua ini berawal. Jika Pocky
adalah seorang anak, maka Riichi Ezaki adalah “Ayah” eeeh…… sekaligus Ibu juga,
Beliau lah yang menemukan sebuah gagasan brilian untuk inovasi makanan yang
merupakan awal mula kelahiran Pocky. Pada tahun 1911 setelah meninggalnya anak
beliau, Riichi Ezaki mengasingkan diri ke sebuah perkampungan nelayan.
"Riichi Ezaki, Father of Pocky dan Empunya Glico :) " |
Ada hal menarik
yang ia perhatikan selama berada disana, Para anak anak di perkampungan nelayan
tersebut terlihat sangat bugar dan sehat meskipun mereka bermain sepanjang
hari. Dari hasil penelitiannya dia menemukan sebuah fakta bahwa seluruh anak
anak di perkampungan nelayan tersebut selalu mengkonsumsi tiram pada menu
makanan sehari hari mereka, bermula dari sini Riichi Ezaki mulai meneliti apa
kandungan khusus yang ada pada tiram tersebut maka ia menemukan bahwa tiram
yang sering dikonsumsi oleh anak anak di perkampungan nelayan tersebut kaya
akan kandungan Glikogen.
Sadar akan
besarnya pengaruh zat glikogen terhadap kesehatan, ia memulai menyaring
kandungan glikogen pada tiram tersebut dan menggunakannya sebagai zat tambahan
pada makanan, khususnya untuk penganan ringan untuk anak anak. Riichi Ezaki
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan anak anak di Jepang melalui produk
penganan.
"Produk pertama dari Glico" |
Produk pertama yang dipasarkan oleh perusahaannya saat itu bernama “Glico”
yang diambil dari nama perusahaan sekaligus terinspirasi dari kandungan “Glycogen”
pada produk makanan tersebut. Glico adalah sebuah produk permen rasa karamel
yang dikemas dalam kotak bersama mainan anak anak, produk ini resmi dipasarkan
pada 11 februari 1922 di Osaka Mitsukoshi Department Store.
Dimualinya masa
krisis
Image Source |
Dimana ada
kesuksesan disitu pula akan ada cobaan. Pada era perang dunia ke 2 tepatnya
pada tahun 1945 pusat pembangkit listrik di Tokyo dan Osaka hancur akibat dari
serangan udara, pusat produksi
perusahaan Glico terpaksa dipindahkan ke tempat produksi sementara. Tidak hanya
itu saja, titik krisis terparah pada perusahaan Glico bisa dikatakan terjadi
pada tahun 1980-an, era dimana kriminal yang
dijuluki “Phantom with 21 faces” meraja lela dengan berbagai macam tindak
kejahatan. Sebenarnya nama geng kriminal tersebut adalah nama geng yang ada pada salah satu cerita di Novel karya Edogawa Rampo. Kode Nama tersebut marak digunakan oleh para kriminal Jepang di era tersebut salah satunya dengan mengirim surat ancaman dengan mengatas namakan “Phantom with 21 faces”. Salah satu tindak kriminal “Phantom with 21 faces” adalah menargetkan perusahaan penganan kudapan
snack di Jepang termasuk Glico, Morinaga, juga beberapa perusahaan makanan
seperti Marudai Ham dan House Food Corporation.
"Novelis Edogawa Rampo" |
Geng kriminal tersebut mencampur beberapa
produk dari perusahaan yang menjadi target mereka dengan kandungan zat kimia
berbahaya berupa sianida sehingga menimbulkan kepanikan publik. Beberapa
perusahaan memutuskan untuk menarik semua produk mereka dari pasaran termasuk
glico yang pada saat itu mengalami kerugian besar dari total produk yang telah
dipasarkan dan ditarik kembali. Diperkirakan kerugian yang diderita perusahaan
Glico pada saat itu adalah sekitar 21
miliar dollar!! Sehingga perusahaan terpaksa mengambil kebijakan untuk
mengurangi jumlah tenaga kerja perusahaan yang berhujung pada pemecatan sekitar
450 pekerja paruh waktu di pabrik Glico.
Pada tahun 1984
adalah titik terbawah dari krisis yang dialami Glico yang berhujung pada
penculikan Katsuhisha Ezakia oleh geng criminal tersebut. Permintaan tebusan
dilayangkan kepada Glico sebesar ¥1 milliar dan 100 kilogram emas batangan.
Beruntung Katsuhisha berhasil melarikan diri dari tempat penyekapan pada 3 hari
sesudah penculikan tersebut, sayangnya konsekuensi yang diterima menjadi lebih
parah ketika gedung perusahaan Glico dibom oleh para geng kriminal yang gagal
mendapat tebusan tersebut, pengeboman ini berhujung pada kerugian yang lebih
besar dari biaya tebusan itu sendiri.
Inovasi berlanjut,
Glico mulai bangkit kembali
Image source |
Pada tahun 1985,
kerusuhan akibat kelompok kriminal yang meraja lela telah berakhir dengan
dideklarasikannya secara langsung oleh ketua kelompok kriminal tersebut. Akan
tetapi penderitaan serta kerugian yang telah diderita tetap tidak bisa
dipungkiri, Glico masih berusaha bangkit dengan berbagai macam inovasi dan
kebijakan marketing perusahaan. Pada tahun 1982 Glico memulai langkah besar
yang bisa dikatakan menjadi pengaruh terbesar untuk keberhasilan yang mereka
capai pada saat ini. Pada tahun tersebut, Pocky secara resmi di lepas ke pasar
internasional dengan memulai distribusi di benua Eropa. Pocky yang dijual di
Eropa di beri nama “Mikkado” yang diambil dari permainan mengambil stick di
kalangan anak anak eropa saat itu, hingga kini nama “Mikkado” masih menjadi
nama produk resmi Pocky yang dipasarkan di beberapa negara di benua eropa salah
satunya United Kingdom.
Inovasi demi
inovasi terus berlanjut selain kesuksesan Pocky yang mulai didistribusikan di
pasaran Internasional, Perusahaan Glico terus menghasilkan berbagai produk baru
salah satunya pada tahun 1986, ada 3 produk hasil inovasi yang diproduksi glico
dan berhasil dilepas kepasaran yaitu, "LEE" sebuah produk kari daging sapi instan
dengan 4 tingkat kepedasan yang berbeda,
lalu permen es krim “Ice no Mi”, dan diluncurkannya iklan produk “KissMint
Gum”, iklan produk ini mendapat penghargaan Gold Lion Awards pada event
International Advertising Film Festival yang digelar di Cannes, Prancis pada
tahun 1989.
Image source "Ice no Mi, permen es krim dgn rasa buah" |
Image Source "KissMintg Gum" |
"Kare LEE" |
Inovasi masih
terus berlanjut hingga saat ini, perkembangan yang tebaru adalah Glico berusaha
mengembangkan ekstraksi dari zat selulosa yang terkandung dalam kayu.
Pengembangan ini nantinya diharapkan akan menghasilkan sebuah produk snack,
permen, atau pun kudapan. Hmmm… berarti suatu saat aka nada permen yang terbuat
dari Kayu!!?? Teruskan Glico, teruskanlah.
Hingga saat ini
Glico berhasil mendapatkan keuntungan dari kapasitas pasar internasional sebesar $119 juta, Pocky
telah di produksi lebih dari 100 varian rasa yang berbeda dan setiap tahunnya
Glico memasarkan sekitar 6 hingga 8 varian rasa yang baru dari Pocky. Sebuah pemikiran cerdas dari sang pendiri
Riichi Ezaki serta kerja keras dari generasi ke generasi untuk terus bangkit
dari krisis terburuk sekalipun yang menimpa perusahaan, sudah sepantasnya Glico
mendapatkan sukses besar besaran dari inovasi yang mereka ciptakan.
Image source |
Minna-san suka makan pocky? sudah berapa varian rasa yang minna-san cicipi? gimana tuh perjuangan Riichi Ezaki dan juga para pemimpin Glico untuk memperjuangkan Pocky dari masa ke masa? ayo share pendapat minna-san dikolom komentar ya. Douzoo...
Site Reference:
Author:
Hamyo |
ternyata di jepang pocky bukan hanya ada rasa coklat, tapi rasa yang lain juga banyak.
BalasHapus