Japan Undercover , Apakah Ada Kemiskinan di Jepang? - Okonomikatsu

Post Top Ad

Senin, 01 Juli 2013

Japan Undercover , Apakah Ada Kemiskinan di Jepang?


Tidak bisa dipungkiri bahwa Jepang adalah salah satu negara paling maju di Asia dan merupakan negara dengan pertumbuhan Ekonomi terbesar ke 3 di dunia, dengan beraneka ragam daya tarik yang mampu membuat semua orang bermimpi untuk kelak mengunjungi Negri matahari terbit ini bahkan ingin tinggal dan menghabiskan seumur hidupnya disana. Ada banyak daya tarik dari negara ini mulai dari Surga bagi para penggemar subculture seperti Anime, Musik, Manga, teknologi dan masih banyak lagi sampai pada daya tarik pariwisatanya.

Terkadang  semua hal yang berhubungan dengan daya tarik tersebut membuat banyak  mata silau akan pancaran dari keindahan dan hal hal yang menyenangkan dari Negri matahari terbit ini dan terkadang membuat banyak dari kita buta untuk melihat sisi lain dari si “Matahari terbit”. Pernahkan minna-san bertanya, apakah Jepang hanya dipenuhi oleh hal hal menyenangkan saja? Apa Jepang hanya sebatas anime dan manga? Apakah si “matahari terbit” ini tidak memiliki sisi gelap? 

Setiap negara tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, tanpa terkecuali dengan Jepang. Terlepas dari semua daya tarik dan keindahan yang dimilikinya, Jepang pun juga memiliki banyak masalah yang harus dihadapi seperti halnya negara negara lainnya salah satunya dibidang ekonomi. Sekali lagi timbul pertanyaan “Apakah di Jepang ada yang namanya kemiskinan?” jawabannya, tentu saja ada!! Hal ini lah yang terkadang luput dari pandangan banyak orang, sebuah “sisi lain” yang tersembunyi dari negri “matahari terbit”.

Seperti negara negara lainnya, Jepang pun memiliki masalah dengan kemiskinan. Sampai saat ini pun pemerintah Jepang belum menemukan cara yang tepat untuk menanggulanginya, terlepas dari krisis ekonomi hampir satu dekade yang lalu tepatnya pada tahun 1990 yang dijuluki dengan fenomena “economic bubble” Jepang menghadapi era yang sulit dalam perekonomian mereka. 

Ratusan Perusahaan harus menanggung kerugian, ribuan kariawan kehilangan pekerjaan mereka, dan tingkat kemiskinan di Jepang pun meningkat drastis. Hingga saat ini dampak kemiskinan di Jepang masih ada, hanya saja tidak terlihat dan tampak secara jelas. Golongan tuna wisma menjadi “invisible people” orang orang yang keberadaannya tidak terlihat ada di tengah tengah masyarakat Jepang, akan tetapi mereka ada dan mereka nyata!! Mereka hidup sebagai bayang bayang dari gemerlapnya negri matahari terbit ini.

Definisi golongan tuna wisma di Jepang sebenarnya sama seperti halnya golongan tuna wisma di negara negara lain, mereka yang tidak memiliki rumah dan pekerjaan sebagai penopang hidup mereka. Akan tetapi ada hal yang membedakan mereka tuna wisma di Jepang dengan kebanyakan tuna wisma di negara negara lain.

Salah satunya yaitu penyebab mereka menjadi seorang tuna wisma di Jepang karena “mereka sendiri yang memilih menjadi tuna wisma”. Memang terdengar cukup aneh, kebanyakan dari mereka sebelumnya adalah karyawan kantor atau pabrik yang memiliki pekerjaan tetap, memiliki rumah dan masih memiliki sanak saudara. Pada umumnya rata rata para pekerja pabrik atau beberapa perusahaan menyediakan tempat tinggal atau semacam asrama untuk para karyawan mereka, ketika seorang karyawan mengalami pemecatan maka otomatis mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilannya akan tetapi juga tempat tinggal mereka.

Mereka bisa saja memilih untuk kembali ke keluarga atau sanak saudara mereka di rumah, tapi bagi orang Jepang hal itu sangatlah memalukan. Pekerjaan bukanlah sekedar sumber pemasukan bagi mereka tapi lebih dari itu pekerjaan merupakan sebuah identitas diri, “di Jepang ketika seseorang kehilangan pekerjaannya, mereka akan sangat malu untuk kembali ke rumah, maka mereka lebih memilih menjadi tuna wisma dari pada memberitahu keluarganya”.

 "Itu bukanlah kotak bekas terbengakalai, tapi tempat seorang tuna wisma tidur di dalamnya" 

Lalu kenapa keberadaan para tuna wisma di Jepang seperti tidak ada sama sekali? Memang pola kehidupan seorang tuna wisma di Jepang cukup rumit, mereka ada tapi mereka berusaha untuk menghindar dari kehidupan masyarakat Jepang sehari hari. Bahkan cukup sulit untuk mendapatkan statistik dari jumlah angka tuna wisma yang hidup di Jepang secara detail, sebuah survey dari pekerja amal kristiani di Jepang mengatakan ada lebih dari 1000 tuna wisma yang hidup di Nagoya dari 2,2 juta total jumlah penduduk Nagoya dan ada sekitar 4000 tuna wisma yang hidup di bayang bayang gemerlapnya kota Tokyo yang memiliki sekitar 12 juta penduduk.


Kebanyakan tuna wisma di Jepang hidup secara berkelompok tapi tidak sedikit pula yang hidup secara individu. Kebanyakan tempat mereka tinggal tidaklah menetap karena mereka tidak ingin keberadaannya dilihat oleh orang banyak, pada malam hari mereka akan membangun sebuah tempat tinggal sederhana yang terbuat dari kotak kardus atau hanya dengan menggunakan selimut lusuh untuk bertahan dari dinginnya malam di sudut sudut jalan, di taman taman tengah kota, di sebuah anak tangga, bahkan di kursi taman. Pada siang hari ketika para masyarakat mulai memenuhi ruang ruang public, keberadaan mereka seperti menghilang begitu saja. Mereka yang tadi berada di sudut sudut ruang publik menepi ke tempat tempat yang tak terlalu tersentuh oleh orang banyak, mereka tidak ingin keberadaan mereka di ketahui dan terlihat oleh orang banyak.


Terkadang mereka muncul di tengah tengah kesibukan  dan rutinitas di ruang ruang publik untuk sekedar mencari hal hal yang bisa mereka makan, mulai dari merogoh tong sampah dan sebagainya. Bagaimana dengan para petugas keamanan seperti polisi? Tentu saja pihak yang berwajib menyadari keberadaan mereka akan tetapi ada sebuah aturan tertulis untuk perlindungan para tuna wisma di Jepang. 

                "Seorang tuna wisma yang beristirahat di samping gerbang utama Asakusa"

“Mereka tidak mengusik, maka kita pun juga tidak  ber hak mengusik mereka” publik mencoba untuk memberi ruang bagi mereka dengan cara seperti itu. Para tuna wisma di Jepang tidak lah mengemis, bahkan banyak dari mereka yang tidak segan segan menolak ketika diberikan bantuan secara Cuma cuma.

Cukup sulit memang , bahkan kebanyakan para petugas amal dari organisasi tertentu sekalipun yang mencoba memberikan bantuan berupa sekotak nasi mereka tolak. Mereka memang seorang tuna wisma tapi mereka tetaplah “orang Jepang” yang memegang teguh sebuah ideologi dan kebanggaan dalam diri mereka, pemerintah Jepang sendiri berusaha memberikan bantuan berupa  memberikan lahan lahan kosong kepada kelompok tuna wisma untuk mereka manfaatkan secara mandiri sebagai lahan bercocok tanam, dari sinilah mereka menyambung hidup.

Jika minna-san pernah ke Jepang, apakah minna-san pernah melihat secara langsung para tuna wisma diruang ruang publik? Bagaimana respon minna-san? Dan bagaimana tanggapan orang orang disekitar mereka? Silahkan share pengalaman minna-san di kolom komentar ya, douzoo…..


Site Reference: 

Author:
PJ 

2 komentar:

  1. ternyata dijepang juga ada tuna wisma , hanya saja mereka berbeda dengan tuna wisma dinegara kita .

    BalasHapus
  2. Nice artikel gan,
    Bikin artikel cara bisa kerja di jepang dong gan

    BalasHapus

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here